Monday 8 March 2010

Dua Sahabat dan Sepatu

Kejadiannya persis beberapa saat sebelum Bung Karno mengembuskan nafas terakhirnya. Malam itu, Bapak bangsa itu terbaring di Wisma Yuso,pada masa penahanannya. Keadaan Bung Karno yang semakin kritis membuat pemerintahan Soeharto mulai mengijinkan beberapa kerabat dekat menjenguk Bung Karno. Datanglah Bung Hatta. Hatta bersama beberapa sekretarisnya. Dengan sangat hati-hati ia menghampiri pembaringan sahabat lamanya itu.
"Hatta, kau disini?"
"Ya, bagaimana keadaanmu, No?" tanya Hatta seraya berusaha meraih tangan Bung Karno. Tapi Bung Karno balas bertanya, dengan suara lirih yang hampir tak terdengar.
"Hoe gaat het meet jou?" ("apa kabarmu?") Hatta berusaha tersenyum, ia mengelus-elus tangan Bung Karno yang tampak ingin berbicara lagi, tapi seperti tak kuasa. Bibir pecah-pecahnya bergerak pelan. Hatta mendekatkan wajahnya ke bibir Bung Karno,
"Schoenen...." ("Sepatu..."), tapi hanya satu kata itu yang bisa didengar Hatta. "No...," hanya itu yang bisa terucap dari bibirnya. Hatta tidak mampu mengucapkan lebih. Bibirnya bergetar menahan kesedihan sekaligus kekecewaan. Bahunya terguncang-guncang. Kedua sahabat itu menangis.

Tahun 1951, Carl Franz Bally dan saudaranya Fritz, di basement rumah mereka di Schonenwerd di Distrik Solothurn, Swiss mendirikan usaha sepatu yang diberi label 'Bally&Co.' Usaha ini berkembang dengan cepat keluar Swiss. Sepatu merk 'Bally' ini kemudian melangkah menjelajah Eropa, hingga benua Amerika dan akhirnya tiba di Asia. Kini butik khusus sepatu mewah ini berada di hampir seluruh kota ternama di Amerika Utara. Sepatu Bally semakin menjadi icon ketika pada tahun 1985 rapper Slick Rick memasukkan sepatu Bally dalam salah satu liriknya berjudul The Show/La Di Da Di; "Put on the Bally shoes and the fly green socks". Lalu Jay-Z juga mengikutinya dalam single " Ain't No Ningga" dengan liriknya; "Flavor suede Bally's ".


Seseorang Wafat pada 14 Maret 1980. Dan ketika keluarganya membereskan berkas-berkas di meja laki-laki yang baru saja dikebumikan itu, mereka menemukan sebuah potongan iklan koran terbitan akhir tahun lima puluhan yang digunting rapi. Iklan yang memuat alamat penjual sepatu Bally di jakarta. Sampai akhir hayatnya, Bung Hatta tak pernah mampu membeli sepatu impiannya itu. Padahal sebagai Wakil presiden, dia bisa saja meminta orang-orang pengusaha untuk membelikannya atau memakai uang negara. Tapi tidak dia lakukan.




Taken from novel karya Fajar Nugros & Artasya Sudirman






....mengetik ulang sambil miris melihat parodi Sidang Paripurna 'wakil rakyat' dua sahabat, proklamator Indonesia ini pasti menangis bila mereka menyaksikannya T.T'

No comments:

Post a Comment